fotoQ

fotoQ
senyum dooonggg

Minggu, 13 Mei 2012

sinopsis dan unsur extrinsiks novel Namaku Hiroko



Identitas Buku
Judul             : Namaku Hiroko
Penulis          : NH. Dini
Penerbit        : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku   : 247 Halaman
Tahun Terbit : Juni 2002
Harga            : RP 10.000

Sinopsis novel

Namaku Hiroko
Novel yang berjudul namaku Hiroko ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang berasal dari Jepang dan hidup dengan keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya seorang petani, dan ibunya telah lama meninggal, dan ayahnya kawin kembali. Dari ibu tirinya lahirlah dua anak laki-laki. Walaupun Hiroko tinggal dengan ibu tirinya , tapi ia tidak pernah di pukul dan di siksa, ibu tirinya ini sangat baik, dia membesarkan Hiroko dengan kasih sayang dan kehalusan.
Dari sekolah rendah, Hiroko tidak mneruskan pelajarannya ketingkat yang lebih tinggi. Pada suatu siang,  ayah Hiroko pulang dari ladang bersama seorang tengkulak. Orang tersebut mengatakan bahwa  saudaranya yang tinggal dikota sedang mencari seorang gadis untuk dijadikan pembantu, ayah dan ibu hiroko telah menceritakannya.
Empat hari kemudian Hiroko pergi ke kota dengan membawa hasil panen. Waktu itu umur Hiroko hampir enam belas tahun. Sudah dua tahun dia tidak bersekolah. Keputusan yang diambil ayahnya  merupakan peraturan yang harus di turut tanpa dirundingkan kepada pihak yang bersangkutan. Pada waktu itu Hiroko menerimanya dengan kewajaran abadi penuh ketaatan. Ayahnya orang yang menentukan dalam kehidupannya. Dan Hiroko yang dibesarkan dengan lingkungan adat kepala tunduk  untuk mengiyakan semua perintah orang tua, tidak melihat alasan apapun untuk membantahnya.  Padahal waktu itu Hiroko merasa khawatir. Tetapi juga gembira. Keduanya disebabkan karena Hiroko akan tinggal dikota. Beberapa waktu sebelumtamat sekolah, Hiroko pernah mengadakan perlawatan besama guru-guru kesebuah museum dan kuil Fakuota, yang merupakan salah satu tempat pemujaan agama Budha tertua di Jepang. Perjalanan berlangsung selama beberapa hari, sambil berhenti di sana sini menikmati pemandangan alam yang tenar, melewati kota-kota penuh dengan bangunan megah dan mengagumkan. Dari sinilah Hiroko mempunyai keinginan untuk tinggal di kota.
Dikota,Hiroko bekerja sebagai pembantu rumah tangga sepasang suami istri yang usianya telah lanjut. Pekerjaannya hanya membersihkan rumah, sedangkan memasak nyonyanya memasak sendiri. Hiroko mulai kerasan di tempat tinggalnya yang baru. Suatu hari datang seorang tamu ditemani seorang pemuda bangsa asing. Keesokannya pemuda itu datang kembali seorang diri, membawa dua koper. Mulai hari itu aku mendapat tambahan pekerjaan. Kata nyonya,pemuda itu datang dari negeri jauh hendak mempelajari tata cara dan bahasa negeri kami.
Hiroko amat pemalu. Ia tidak pernah meninggalkan desanya lebih dari tiga hari, dan sekarang ia harus bekerja di kota pada majikan kaya, kemudian harus melayani pula seorang pemuda asing dari negeri jauh. Kadang-kadang Hiroko mencuri pandang dengan pemuda asing itu.                                  
Majikan Hiroko sering keluar malam bersama pemuda itu. Mereka selalu pulang larut malam, bahkan terkadang hamper pagi baru mereka pulang. Dan pabila mereka pulang, nyonya selalu menunggu tuan.
Hiroko memiliki seorang paman. Pamannya adalah seorang guru bahasa asing. Sebelum berangkat bekerja ke kota Hiroko mengunjungi paman dan  neneknya yang tinggal di rumah pamannya.
Beberapa waktu kemudian ayah Hiroko menelpon majikan tempat Hiroko bekerja. Majikannya memanggilnya dan menyerahkan telpon kepada Hiroko. Ayahnya mengatakan bahwa ia harus segera pulang dengan bis pertama yang dapat ia kejar. Hiroko harus ikut menyembahyangkan mayat neneknya dan menyertai upacara berkabung bersama keluarganya.
Nyonyanya telah diberitahu mengenai kabar tersebut. Dari kota Hiroko langsung menuju rumah pamannya. Yang  ia temui hanya ayah dan adiknya yang kecil. Adiknya yang lain sakit. Ibunya menungguinya. Begitu upacara selesai, mereka langsung pulang. Beberapa hari berlalu ayah Hiroko menerima surat dari majikan Hiroko yang mengatakan bahwa ia tidak memerlukan tenaga Hiroko lagi, karena dua kemenakannya kini tinggal bersamanya.
Ayah Hiroko tidak menyatakan perasaan hatinya. Sebagai jawabannya, dia hanya berkata kepada Hiroko bahwa Hiroko harus mengunjungi majikannya dengan membawa hadiah, sebagai tanda terima kasih karena telah memberinya pekerjaan.
Hiroko berangkat ke kota ditemani ayahnya. Setelah cuklup lama membicarakan ini-itu serta selesai mengemasi barang dan kasurnya, mereka pulang. Sebagaimana adatnya, nyonyanya berjanji akan mengabari bilamana ada pekerjaan untuknya.
Setelah sepuluh bulan Hiroko di desa, adiknya sakit, muka ibunya cukung kurus oleh kepincangan waktu. Tenaganya terbagi antara lading dan tepi tempat tiodur adiknya. Hiroko sendiri tidak pernah duduk tanpa mengerjakan kesibukan rumah tangga.
Pada suatu pagi Hiroko pergi ke rumah tetangga desa sebelah untuk menerima penukaran biji. Ketika hendak pulang ia mendengar seseorang memanggil namanya. Dia memandang ke sekelilingnya. Tak ada seorang pun, kemudian dia meneruskan langkah, dan dia kembali mendengar suara orang memanggilnya. Ternyata Tomiko bekas temannya sekolah yang memanggilnya. Tomiko menceritakan pekerjaannya di kota, dan dia menawarkan Hiroko untuk ikut bekerja dengannya di kota. Hiroko mau ikut bersama Tomiko temannya untuk bekerja di kota, tapi ia harus meminta persetujuan ayahnya.
Dengan perasaan lega, akhirnya Hiroko diizinkan oleh ayahnya untuk bekerja di kota bersama Tomiko. Tetapi ibunya sangat sukar untuk melepaskannya. Ibunya tidak henti-hentinya membujuknya agar tinggal di desa. Tetapi itu semua tidak ia hiraukan. Hiroko demam kegugupan karena akan segera meninggalkan desanya. Dia akan berlayar menyeberangi laut hidup ke daratan lain yang sama sekali asing baginya.
Pertama kali tiba di kota itu, Hiroko tinggal di rumah majikan Tomiko. Sambil menunggu pekerjaan, untuk sementara waktu ia tidur di kamar pembantu. Ia segera dapat bergaul dengan para pembantu sebagaimana mestinya. Tomiko bekerja di rumah konsul bangsa Perancis, sepasang suami istri muda yang mempumyai seorang anak laki-laki.
Tidak lama kemudian Hiroko mendapat pekerjaan. Hiroko menerima pekerjaan tersebut. Untuk kedua kalinya ia bekerja sebagai pembantu.majikannya kali ini suami istri muda, banyinya baru berumur beberapa bulan. Pada musim panas dan hujan yang tak mengenal waktu, adik nyonya datang berkunjung, Sanao namanya. Waktu itu ia datang seorang diri, dia datang ke Kobe untuk mengikuti ujian yang diadakan pabrik besi terbesar di daerah Kansai. Hanya beberapa minggu saja Sanao tinggal di rumah majikannya. Setelah Sanao pulang,dajikannya hamil dan perutnya sudah semakin membesar. Majikannya semakin tidak sabaran. Dan Hiroko ingin segera keluar dari pekerjaanya itu.dan akhirnya setelah mendapatkan pekerjaan baru di sebuah toko, ia benar-benar keluar dari rumah majikannya.
Akhirnya ia bekerja di toko dan di sebuah bar sebagai penari telanjang pada malam hari. Dan ia juga menjadi simpanan atau selingkuhan suami temannya,Natsuko. Dia mengatakan bahwa dia bahagia dengan kehidupannya dan dari hubungannya dengan Yoshida, suami temannya ia mempunyai dua orang anak, satu perempuan dan satu laki-laki.




UNSUR-UNSUR EKSTRINSIX YANG TERDAPAT DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO
1.      Nilai Moral
Dalam novel  ini, tak ada nilai moral yang terkandung, Hiroko menentang nilai moral, ia selingkuh dengan suami temannya dan ia kencan dengan lelaki manapun yang ia suka, dan ia juga tidak pernah mengindahkan pemikiran dan perkataan oarng terhadapnya.
Bukti:
Keluar dari tempat parkir menuju jalan  besar, aku tidak bertanya ke mana kami pergi. Masa bodoh semua hukum, baik teman, sahabat ataupun moral yang dibenarkan oleh kebanyakan orang.
Kembali di belakang panggung, aku tidak cepat berkemas dan berpakaian. Keluarkah aku ke ruang penonton menemui Yoshida? Ataukah diam-diam pulang tanpa menyalaminya? Manakah yang patut kukerjakan? Jika menuruti suara hati, aku ingin pergi ke meja kenalanku itu. Kemudian selanjutnya malamitu tidak dapat kubayangkan. Selintas aku teringat kepada Natsuko. Bukan kebiasaanku mengindahkan pikiran ataupun hati orang lain untuk mencapai kehendakku. Laki-laki itu kuinginkan. Apakah sebenarnya hubunganku dengan Natsuko? Dia temanku, seperti juga lain-lainnya. Aku mengenal keluarganya. Barangkali mereka memiliki keeratan tanggapan yang melebihi tanggapanku terhadapnya. Aku tidak mudah terikat kepada seseorang. Apalagi jika tidak ada rasakewajiban, seperti Nakajima-san. Aku tidak berhutang sesuatu kepada Natsuko. Mengapa aku harus memecahkan dengan pertimbangan moral: baik atau tidaknya aku turun menemui Yoshida? Kalau ada kelanjutannya? Karena kebaikan laki-laki tersebut meminjami mobil, dan kunjungannya ke bar Manhattan? Itu semua tak ada maksudnya. Adakah laki-laki yang tidak mempunyai kehendak memiliki jika berhadapan dengan seorang wanita sehat dan cukup menarik?

2. Nilai Sosial
Nilai sosial yang terdapat dalam novel ini cukup tinggi, terbukti ketika teman Hiroko mengajaknya pergi ke kota untuk bekerja dan selama ia belum mendapatkan pekerjaan, temannya tersebut menyuruh Hiroko tinggal di rumah majikannya dan bekerja sebagai pembantu di rumah majikannya.

Bukti:
“Aku kembali ke sana minggu depan. Kalau kau mau, mari ikut sekalian”.
Aku termangu mendengar ajakannya.
Aku tinggal dirumah majikan Tomiko sebagaimana telah direncanakan. Sambil menunggu pekerjaan, untuk sementara aku diizinkan tidur di kamar pembantu. Tidak ada soal, aku segera dapat bergaul sebagaimana mestinya.
3.      Nilai Politik
Tujuan Hiroko dekat dengan Suprapto selain ia mencintai Suprapto, ia juga ingin agar Suprapto menyuruhnya berhenti dari pekerjaannya dan mengganti jumlah kerugiannya.
Bukti:
Ya, kadang-kadang aku ingin berterusterang kepada Suprapto. Yang kuharapkan sebenarnya ialah menghentikan kerjaku di malam hari, atau setidak-tidaknya menguranginya. Karena pada hari-hari tertentu aku merasa lelah. Dan jika itu terjadi, kuharapkan dari Suprapto sedikit pengertian, agar dia mengganti penghasilan malamku tersebut dengan uang saku. Karena amat penting bagiku. Buat apa aku rugi keuangan hanya karena harus mempelajari bahasa negeri yang belum tentu menjadi tempat tinggalku. Bahasa Inggris lain halnya, karena dapat dipergunakan di seluruh dunia, dapat kupergunakan dengan orang asing lainnya. Masuknya sejumlah uang menambah tabungan menjadi jaminan kehidupan nyaman. Dan itu tidak akan kutinggalkan begitu saja. Apalagi kerjaku tidak sukar. Tetapi kepada Suprapto, aku enggan berterusterang. Padahal ia mengetahui pandanganku yang amat dipengaruhi oleh sifat kebendaan. Ingin sekali aku mengetahui jawabnya, andaikan aku berani mengutarakan permintaan tersebut. Tetapi seperti seorang pengecut, aku selalu menunggu agar dia berpikir dan mengatakannya lebih dahulu.
4.      Nilai Ekonomi
Pada novel ini diceritakan bahwa Hiroko adalah orang desa yang hidup sederhana bahkan dapat tergolong miskin. Ayahnya hanya seorang petani yang bekerja pada sepetak tanah dari koperasi desa.

Bukti:
Aku anak sulung Yamasaki Ueno, seorang petani biasa yang bekerja keras melawan musim didaerah kami, pulau besar yang terletak paling selatan negeri kami. Dari koperasi desa, bersama beberapa tetangga, ayahku menerima sepetak tanah yang dapat dikerjakan guna penanaman hasil bumi utama. Tergantung pada musim, kadang-kadang sayur-mayur, kadang-kadang dua tiga jamur. Desa kami tidak jauh dari kota, tertembus jalan raya yang menghubungkan Nobeoka dengan Miyasaki. Desa kami memiliki listrik dan tilpon umum, tersebar disetiap warung atau toko kecil di pinggir jalan.
5.              Nilai Agama
          Dalam novel ini Hiroko dan teman-temannya masih merayakan hari kebesaran agama mereka walaupun mereka hidup di kota.
Bukti:
Untuk pertama kalinya aku akan pergi ke kuil tanpa didampingi ayah dan ibuku. Sebelumnya, meskipun telah bekerja, aku selalu pulang ke desa merayakan akhir dan permulaan tahun bersama keluarga. Kali itu selain jarak yang memisahkan, lebih jauh daripada waktu-waktu lampau, juga aku sama sekali tidak ingin kembali ke dasa. Surat yang kukirim beberapa hari sebelumnya kusertai sejumlah uang. Itu lebih berguna bagi adik-adikku daripada kupergunakan sebagai perjalananku pulang. Kuterangkan kepada ibu, bahwa majikanku tidak mengijinkan libur panjang karena aku belum lama bekerja disitu.