-->
“RAMA DAN SHINTA”
Suatu hari Rama diutus oleh Prabu Janaka untuk bertapa di hutan Dandaka, yang kemudian ditemani oleh istrinya yaitu Shinta dan adiknya Laksmana. Mereka bersama-sama pergi ke hutan Dandaka untuk melaksanakan amanah dari Prabu Janaka. Akhirnya setelah menjelang siang mereka sampai juga di hutan dandaka.
Skenario:
(Setting di hutan Dandaka)
Rama : “Dinda, sepertinya kita sudah sampai, opo
dinda capek to?”(Tanyanya dengan lembut)
Shinta : “Ora kakanda, selama aku ada disampingmu aku tidak akan pernah merasa capek” (jawab shinta dengan lemah lembut dan seakan menyanjung Rama)
Shinta : “Ora kakanda, selama aku ada disampingmu aku tidak akan pernah merasa capek” (jawab shinta dengan lemah lembut dan seakan menyanjung Rama)
Rama : “Ah….. ! Dinda ini bisa aja ! aku jadi
tersandung”(jawabnya dengan tersipu)
Shinta : “Lho…. ! kok tersandung to Kanda, piye nyo..?”
Shinta : “Lho…. ! kok tersandung to Kanda, piye nyo..?”
Rama : “Eh… tersanjung maksudte !”
Shinta : “Oh ……. Tersanjung ! tak piker kakanda
tersinggung dengan perkataanku”
Rama : “Ya tidaklah istriku, kata-katamu itu….. ! Hem … Begitu begitu indah dan sangat menyejukkan jiwaku.”
Rama : “Ya tidaklah istriku, kata-katamu itu….. ! Hem … Begitu begitu indah dan sangat menyejukkan jiwaku.”
Shinta : “Ah…Kanda !” (tersipu malu sambil
memukul Rama)
Rama : “Aduh dinda …! Dari tadi kok kita asyik
menyanjung – nyanjung diri sendiri, sampek – sampek kita lupa kalau kita
ditemani adik kita tercinta.”
Shinta : “Oh … iyo ! rene adikku, kenapa masih disitu ( sambil menghampiri ), maaf yo dik laksmana, kami ndak bermaksud lho…..!”(belum selesai ngomong kemudian dipotong oleh laksmana)
Laksmana : “sudahlah, ndak papa kak shinta, ! lagi pula aku juga senang melihat keakraban kak Rama dan kak Shinta.”
Shinta : “Oh … iyo ! rene adikku, kenapa masih disitu ( sambil menghampiri ), maaf yo dik laksmana, kami ndak bermaksud lho…..!”(belum selesai ngomong kemudian dipotong oleh laksmana)
Laksmana : “sudahlah, ndak papa kak shinta, ! lagi pula aku juga senang melihat keakraban kak Rama dan kak Shinta.”
Shinta : “kamu memang adikku yang paling baik
laksmana. Kanda sangat beruntung punya adik sebaik kamu … !” ( sambil menengok
ke rama )
Rama : “Betul Dinda … ! Laksmana memang adik yang
sangat baik”(sambil menepuk pundak Laksmana)
Laksmana : “Sudahlah, kak Shinta dan kak Rama ndak usah memuji aku terus. Nanti keterusan sampai malam kita tidak punya tempat untuk istirahat lagi.” “Ehm … !! Kak, bagaimana kalau kita mendirikan tenda disini saja.” “Sepertinya disini tempatnya sangat teduh dan lapang .”
Laksmana : “Sudahlah, kak Shinta dan kak Rama ndak usah memuji aku terus. Nanti keterusan sampai malam kita tidak punya tempat untuk istirahat lagi.” “Ehm … !! Kak, bagaimana kalau kita mendirikan tenda disini saja.” “Sepertinya disini tempatnya sangat teduh dan lapang .”
Rama : “Ehm…!” (Sambil mengangguk – anggukkan
kepalanya)“Bagaimana menurut dinda?”
Shinta : “Iyo kanda , betul kata dik laksmana, disini tempatnya sangat teduh dan lapang, lebih baik kita mendirikan tenda disini saja.”
Shinta : “Iyo kanda , betul kata dik laksmana, disini tempatnya sangat teduh dan lapang, lebih baik kita mendirikan tenda disini saja.”
Rama : “Baik ! kalau begitu kita mendirikan tenda
disini !” (ucapnya dengan tegas)“Dik Laksmana, Tolong ambilkan tendanya di tas
!”
Laksmana mengambil tenda , kemudian mereka
mendirikan tenda bersama – sama ditengah hutan dandaka. Shinta melihat suami
dan adiknya kelelahan, kemudian dia mengambilkan minum untuk mereka.
Shinta : “Kakanda , kakanda pasti cuapek . nich
diminum dulu airnya, supaya capeknya hilang .” (Sambil mengusap dahi rama
dengan selendang) “Adik Laksmana juga, istirahat dulu ! nanti diteruskan
lagi , ini … diminum airnya.”
Laksmana : “Iyo .. kak shinta ! sebentar lagi,
nanggung … !”(Dijawabnya dengan semangat)
Rama : “Sudahlah dik … ! benar apa yang dikatakan kakakmu shinta, istirahat dulu nanti diteruskan !”
Rama : “Sudahlah dik … ! benar apa yang dikatakan kakakmu shinta, istirahat dulu nanti diteruskan !”
Laksmana : “Yo wes … aku istirahat” ( menaruh
kerjaannya dan langsung menghampiri rama dan shinta )
Ketika mereka telah asyik istirahat ternyata
tanpa mereka sadari, mereka diintai oleh Rahwana dan dua pengikutnya. Rahwana
bingung bagaimana cara menyingkirkan Rama dan laksmanadari shinta. Supaya dia
bisa mendapatkan Shinta. Wanita yang selama ini dia kejar-kejar karena ia
anggap shinta merupakan jelmaan Dewi Widowati, akhirnya Rahwana mendapatkan
ide, dia menunjuk salah satu pengikutnya.
Rahwana : “Ehm … ! mereka sedang enak-enak istirahat, kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik perhatian mereka .” (ucapnya kepada dua pengikutnya)
“Aku tau …. !” ( ujarnya seakan-akan telah menemukan ide ) “Maricha …..!” ( panggilnya )
Rahwana : “Ehm … ! mereka sedang enak-enak istirahat, kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik perhatian mereka .” (ucapnya kepada dua pengikutnya)
“Aku tau …. !” ( ujarnya seakan-akan telah menemukan ide ) “Maricha …..!” ( panggilnya )
Maricha : “Iyo Baginda … !”
Rahwana : “Maricha, aku akan merubahmu menjadi
seekor kijang emas dan …” (bingung mencari-cari sesuatu. Dan akhirnya
mendapat 3 potong kayu) “Nah … ini ada kayu ! Tiga kayu ini akan kujadikan
tiga ekor kijang hitam yang akan menemanimu !”
Maricha : “Maksud Baginda … ?”
Rahwana : “Begini , setelah kamu nanti aku rubah
menjadi seekor kijang emas, aku perintahkan kamu untuk menarik perhatian mereka
dengan tarian kijang, dan tiga ekor kijang hitam dari kayu ini akan mengikuti
kamu menari !”
Maricha : “la trus.. setelah hamba menari, apa
yang harus hamba lakukan baginda ?”
Rahwana : “Aduh …. ! begok banget sih loh. Kathrok – kathrok !setelah kamu menari dan kamu melihat mereka sudah tertarik untuk memburu kamu, kamu langsung lari saja supaya Rama dan Laksmana yang bodoh itu lari mengejar kamu dan akhirnya shinta ditinggal sendirian. Nah … setelah itu aku bisa membawa lari shinta ! paham … ?”
Maricha : “oh … begitu toh baginda !baik baginda saya siap menjalankan semua perintah baginda.”
Rahwana : “Baguuss … ! sekarang kamu berdiri disitu dan pegangi kayu ini.aku akan merubah kamu dan kayu – kayu itu menjadi kijang. SIAP … ?”
Rahwana : “Aduh …. ! begok banget sih loh. Kathrok – kathrok !setelah kamu menari dan kamu melihat mereka sudah tertarik untuk memburu kamu, kamu langsung lari saja supaya Rama dan Laksmana yang bodoh itu lari mengejar kamu dan akhirnya shinta ditinggal sendirian. Nah … setelah itu aku bisa membawa lari shinta ! paham … ?”
Maricha : “oh … begitu toh baginda !baik baginda saya siap menjalankan semua perintah baginda.”
Rahwana : “Baguuss … ! sekarang kamu berdiri disitu dan pegangi kayu ini.aku akan merubah kamu dan kayu – kayu itu menjadi kijang. SIAP … ?”
Maricha : “Siap Baginda !”
Rahwana : “Houm ……” (sambil komat-kamit membaca
mantra) Hap … !
Kemudian dalam sekejap jadilah maricha
seekor kijang emas dan tiga potong kayu itu menjadi 3 ekor kijang hitam.
Setelah itu kijang-kijang tersebut langsung menampakkan diri dihadapan Rama,
Shinta dan Lakasmana dengan membawakan tarian kijang yang sangat indah dan
lincah sekali.
Shinta : “Kanda, dik laksmana, lihat !
kijang-kijang itu cantik sekali” (sambil menunjuk kijang-kijang yang
menari)
Rama : “Iyo Dinda !”
Laksmana : “Iyo Kak, kijang-kijang itu chibi-chibi
yo !”
Shinta : “Kanda, lihat ! ada kijang yang
bertanduk emas, ku ingin sekali kijang emas itu kanda ! kanda mau kan menangkap
kijang itu untukku ?”
Rama : “Apa kamu sangat menginginkannya istriku
?”
Shinta : “iyo kanda ! kanda mau kan menangkapnya
untukku?” (dengan nada yang sangat berharap)
Rama : “Baiklah, demi kau istriku yang sangat aku sayangi dan aku cintai, aku akan memburu kijang emas itu untukmu” (sambil menyiapkan perlengkapan untuk memburu) “Dan kamu adikku, tolong jaga kakakmu shinta selama kakak pergi memburu kijang itu. Karena aku takut nanti Rahwana tiba-tiba datang dan membawa pergi kakakmu shinta. Kamu tau sendiri kan kalau selama ini Rahwana terus saja mengejar-ngejar kakakmu Shinta kemanapun kakakmu pergi.”
Rama : “Baiklah, demi kau istriku yang sangat aku sayangi dan aku cintai, aku akan memburu kijang emas itu untukmu” (sambil menyiapkan perlengkapan untuk memburu) “Dan kamu adikku, tolong jaga kakakmu shinta selama kakak pergi memburu kijang itu. Karena aku takut nanti Rahwana tiba-tiba datang dan membawa pergi kakakmu shinta. Kamu tau sendiri kan kalau selama ini Rahwana terus saja mengejar-ngejar kakakmu Shinta kemanapun kakakmu pergi.”
Laksmana : “Iyo kak ! saya mengerti , tenang saja,
aku akan menjaga kak shinta sampai titik darah penghabisan.” (sambil
mengepalkan tangan keatas)
Rama : “Waduh adikku! kata-katamu kaya’ orang mau
berjuang saja. Baiklah adikku, aku percaya kepadamu, pokok’e jangan kemana-mana
sampai nanti aku kembali.”
Shinta : “Hati-hati yo kanda .. ! aku yakin kanda
pasti akan segera kembali dengan membawa kijang emas itu untukku” (sambil
mencium tangan rama). “Kanda, aku sangat mencintaimu” (sambil memegangi
tangan Rama)
Rama : “aku juga sangat mencintaimu dinda
!”(mengusap rambut sinta) “Ya sudah , aku berangkat sekarang, nanti keburu
kijangnya kabur .” “Jaga kakakmu yach !” (sambil menepuk pundak laksmana )
Kemudian Rama langsung berlari menuju arah
kijang pergi
Laksmana : “Iyo kak, percaya sama saya. Hati-hati
kak !” (sambil melambaikan tangan)
Tiba – tiba Rama berhenti
Rama : “Oh iyo … ! tolong itu barang-barangnya
dimasukkan kedalam tenda.”(suaranya dari kejauhan)
Laksmana : “Beres …. !”
Setelah Rama pergi, Shinta dan Laksmana
membereskan barang-barang kedalam tenda. Disamping itu rahwana bingung
memikirkan laksmana yang tidak ikut memburu kijang emas itu.
Rahwana : “Aduhhh…. ! bagaimana ini Brata, kenapa
laksmana tidak ikut memburu kijang bersama Rama. Padahal bayanganku laksmana
ikut mengejar kijang emas itu. Nah … ! sekarang bagaimana supaya laksmana
terpisah dengan shinta ?”
“Brata … ! kamu kok diam saja , Bantu aku mikir
donk !”
Brata : “Lho… dari tadi hamba diam ini juga lagi
mikir baginda !”
Rahwana : “Oo….. ! ya sudah sekarang kita
pikirkan bersama.”
Mereka berdua berfikir bagaimana supaya Laksmana
meninggalkan Shinta sambil mondar-mandir. Sejenak mereka berfikir !
Brata : “Nah ….. !”
Rahwana : “Hus … ! jangan teriak-teriak, nanti
mereka dengar!”
Brata : “Maaf baginda ! kelepasan baginda , hamba
sudah menemukan caranya.”
Rahwana : “iya , bagaimana ?”
Brata : “begini baginda” ( sambil berbisik )
Rahwana : “Bagus ! ide kamu bagus sekali,
ternyata kamu pintar juga brata ?”
Brata : “Lho… iya dong baginda! Gini-gini hamba lulusan S-I Pend. Bahasa Indonesia UNIMED gitchu lho … !”
Brata : “Lho… iya dong baginda! Gini-gini hamba lulusan S-I Pend. Bahasa Indonesia UNIMED gitchu lho … !”
Rahwana : “Lho… iya to ? sama dong kaya’ aku !”
Brata : “wah … sama dong kita baginda ?”
Rahwana : “Heh , enak aja lho mau nyamakan aku
dengan kamu, sudah sudah kok malah bercanda ( serunya dengan keras ) sekarang
aku akan merubah suaraku menjadi suara Rama. Hem … Shinta ! kau pasti akan jadi
milikku!” (serunya dengan yakin)
Setelah shinta dan laksmana selesai membereskan semua barang-barang mereka kedalam tenda, tiba-tiba terdengar teriakan ….
Setelah shinta dan laksmana selesai membereskan semua barang-barang mereka kedalam tenda, tiba-tiba terdengar teriakan ….
Rahwana : “Tolong … ! Tolong …..!dik laksmana
tolong aku .” (teriaknya dengan suara menyerupai rama)
Shinta : “Dik laksmana ! apa kamu mendengar sesuatu ?”
Laksmana : “iyo kak ! itu kak Rama, bahkan teriakan
itu memanggil namaku” (serunya dengan sangat yakin pula) “aku yakin itu kak Rama
! kak Rama butuh bantuan .aku harus menolongnya” (ucapnya dengan nada khawatir)
Shinta : “iyo dik … ! kamu pergi saja menolong
kakanda sekarang biar aku disini saja menjaga barang-barang kita”
Laksmana : “Tapi kak ! aku sudah berjanji pada
kak Rama untuk menjaga kak Shinta”
Shinta : “ndak apa-apa dik ! sekarang kakanda membutuhkan bantuan dik Laksmana. Dik Laksmana tenang saja. Aku disini baik-baik saja !”
Shinta : “ndak apa-apa dik ! sekarang kakanda membutuhkan bantuan dik Laksmana. Dik Laksmana tenang saja. Aku disini baik-baik saja !”
Laksmana : “Baik aku akan menolong kak Rama. Tapi
aku akan membuatkan perlindungan dulu untuk kak shinta”
Laksmana membuat sebuah bundaran sakti
untuk Shinta
Laksmana : “Kak Shinta , tolong sekarang kakak
masuk dalam bundaran ini !”
Shinta : “Ini apa dik ?”(sambil masuk kedalam bundaran sakti) “kok dik laksmana malah ngajak main ?”
Shinta : “Ini apa dik ?”(sambil masuk kedalam bundaran sakti) “kok dik laksmana malah ngajak main ?”
Laksmana : “Houm …… !” (membaca mantra) “hap … !”
“Nah sekarang bundaran ini sudah menjadi bundaran
sakti”
Shinta : “Bundaran Sakti ?”
Laksmana : “Iyo , bundaran sakti ini ndak bisa
ditembus atau dimasuki oleh siapapun, jadi kak Shinta tidak akan bisa disentuh
oleh siapapun. Tapi kalau kak Shinta keluar, kak Shinta tidak akan bisa masuk
lagi kedalam bundaran ini.”
Shinta : “yo wes kalau begitu ! sekarang kamu
sudah bisa tenang kan meninggalkan aku ?”
Laksmana : “Iyo kak, tapi kak Shinta harus janji tidak akan keluar dari bundaran sakti ini. Sampai aku dan kak Rama kembali !”
Laksmana : “Iyo kak, tapi kak Shinta harus janji tidak akan keluar dari bundaran sakti ini. Sampai aku dan kak Rama kembali !”
Shinta : “Iyo dik , mbak yu janji, sekarang kamu berangkat
selamatkan kak Rama yo ?”
Laksmana : “Baik, aku berangkat! Doakan yo mbak aku akan segera kembali” (pamit dengan membawa seperangkat alat memanah)
Laksmana : “Baik, aku berangkat! Doakan yo mbak aku akan segera kembali” (pamit dengan membawa seperangkat alat memanah)
Setelah Laksmana pergi, Rahwana bukannya
langsung bisa membawa Shinta pergi, tetapi dia malah bingung memikirkan
bagaimana mengeluarkan Shinta dari bundaran sakti itu dan membawa shinta ke
istananya. Shinta tetap berada didalam bundaran sakti dan terus berdoa kepada
sang dewa untuk suami dan adiknya . sementara itu rahwana semakin bingung
memikirkan bagaimana caranya bisa membawa shinta pergi.
Rahwana : “Aduh …! bagaimana ini ? aku kira
setelah Laksmana pergi aku langsung bisa membawa Shinta , tapi sekarang aku
malah ndak bisa menyentuh Shinta sama sekali” (sambil mondar-mandir dan
mengepalkan tangannya) “Brata, bagaimana ? apa kamu tidak punya ide lagi
?”
Brata : “Wah … baginda, sepertinya kali ini hamba
bener-bener tidak tau bagaimana caranya mengambil dewi Shinta dari bundaran sakti
itu, karena hamba yakin tidak akan mampu menembusnya !”
Rahwahna : “Ah … Gimana sich kamu itu ! katanya
ngaku lulusan Bahasa Indonesia, ada masalah gini aja bingung .”
Brata : “Podhoo … ! Baginda juga bingung to?”
Rahwana : “Oh… jadi kamu ngledek aku ?Iyo … !”
(bentaknya)
Brata : “Ampun Baginda ! hamba ndak bermaksud seperti
itu !”
Rahwana : “Yo wes, sekarang kita mikir lagi !”
Mereka kembali mondar-mandir
Rahwana : “Nah …! Hus…. Hust ….Hust …” (sambil
menutup mulutnya) “Aku sekarang punya ide !”
Brata : “opo baginda” (mendekati rahwana)
Rahwana : “Begini !” (sambil berbisik)
Brata : “siap baginda ! hamba siap
melaksanakannya”
Rahwana : “Tidak, kali ini biar aku yang
melakukannya, biar nanti aku bisa langsung membawa Shinta pergi ke Istanaku”
Brata : “Oh … baik baginda !” (sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya)
Rahwana : “Tapi kamu tetap disini mengawasi, siapa tau Rama dan Laksmana nanti kembali. Dan kamu harus menghadangnya, apapun caranya !”
Rahwana : “Tapi kamu tetap disini mengawasi, siapa tau Rama dan Laksmana nanti kembali. Dan kamu harus menghadangnya, apapun caranya !”
Brata : “Siap baginda !”
Rahwana : “bagus … sekarang aku akan merubah
wujudku menjadi seorang lelaki yang tua renta. Houm….. !” (membaca mantra) “Hap
…!”
Dalam sekejap jadilah Rahwana seorang lelaki
yang tua renta yang siap meluluhkan keyakinan Shinta.
Kakek : “Baik, aku akan kesana dan kamu jaga
disini Brata !”
Brata : “Baik baginda, Good luck baginda !”
Rahwana ( kakek ) menuju tempat shinta
dengan wujudnya yang tua renta dan berjalan dengan tongkat dengan punggungnya
yang agak membungkuk.
Shinta : “kakek , kenapa kakek ada ditengah hutan
sendiri? Kakek kan sudah tua, kenapa ndak di rumah saja ?”
Kakek : “kakek sedang mencari makan cucuku !
sudah satu minggu kakek tidak makan dan tidak minum.” “Iya cu ….! Tolong
kakek cu … , berikan kakek sedikit makan dan minum agar kakek dapat bertahan
hidup.”
Shinta : “Tapi kek …..!”
Kakek : “tolong cu ….! Kalau aku tidak makan aku
yakin sebentar lagi aku akan mati.”
Karena Shinta merasa kasihan kepada kakek itu yang merupakan jelmaan dari Rahwana, akhirnya dia keluar dari bundaran sakti untuk mengambil makanan dan minuman.
Shinta : “Baik kek …! sekarang kakek tunggu disini dulu. Aku akan mengambilkan makanan dan minuman untuk kakek.”
Karena Shinta merasa kasihan kepada kakek itu yang merupakan jelmaan dari Rahwana, akhirnya dia keluar dari bundaran sakti untuk mengambil makanan dan minuman.
Shinta : “Baik kek …! sekarang kakek tunggu disini dulu. Aku akan mengambilkan makanan dan minuman untuk kakek.”
Kakek : “terima kasih cu …. !kamu memang gadis
yang baik, semoga Dewa membalas kebaikanmu.”
Shinta : “terima kasih kek … ! sebentar yo kek … !”
Shinta : “terima kasih kek … ! sebentar yo kek … !”
Shinta masuk ke tenda mengambil makan dan
minum. Kakek yang tua renta itu pun berubah wujud menjadi Rahwana . shinta
keluar dan dia langsung kaget melihat kakek tua itu menjadi Rahwana, saking
kagetnya, barang yang ada di tangannya langsung dijatuhkan.
Rahwana : “Ha…ha…..ha…..ha…… !”
Rahwana : “Ha…ha…..ha…..ha…… !”
Shinta : “Hah, Rahwana ! Jadi kamu ………”
Rahwana : “iyo … ! aku adalah kakek tadi, lalu
kijang dan suara minta tolong tadi semuanya adalah Rekayasaku. Ha … ha… ha… !”
( bangganya )
Shinta : “Kamu licik Rahwana. Sekarang kamu mau
opo ?”
Rahwana : “Aku mau kamu ikut karo aku !”
Shinta : “ndak… ! aku ndak mau …!”
Rahwana : “Tidak mau? Ya sudah , Hap…. !”
Rahwana menyihir dewi Shinta sehingga dia
pun pingsan. Shinta pun di bopong dan dibawanya pergi.
Rahwana : “Ayo Brata … !kita tinggalkan tempat
ini.”
Beberapa lama kemudian, Rahwana membawa Shinta
pergi. Akhirnya Rama pun datang.
Rama : “Istriku …. ! Dinda ….. ! Kanda datang. Tapi maaf dinda,aku tidak dapat menangkap kijang emas yang dinda inginkan, dinda tidak marahkan ?”
Rama : “Istriku …. ! Dinda ….. ! Kanda datang. Tapi maaf dinda,aku tidak dapat menangkap kijang emas yang dinda inginkan, dinda tidak marahkan ?”
Melihat shinta tidak juga keluar dari tenda,
akhirnya rama pun mencari Shinta ke dalam tenda.
Rama : “istriku …..! istriku …..! Dinda …. ! kamu dimana ?” (mencari di semua sudut)
Rama : “Laksmana … ! Laksmana adikku. Kamu juga dimana?”
Rama : “istriku …..! istriku …..! Dinda …. ! kamu dimana ?” (mencari di semua sudut)
Rama : “Laksmana … ! Laksmana adikku. Kamu juga dimana?”
Setelah berputar-putar akhirnya dia menemukan pecahan tempat minum.
Rama : “Hem… ! ini pasti ulah Rahwana. Aku harus
segera menyelamatkan Shinta, sebelum shinta di apa-apakan oleh rahwana.” “Tapi
…. ! selama aku harus bertapa di hutan ini, aku tidak boleh keluar dari hutan
Dandaka ini. Sekarang aku harus bagaimana ?”
(bingung dan mondar-mandir). “Nah aku tau …! Anoman, ya… anoman pasti bisa membantuku .”
(bingung dan mondar-mandir). “Nah aku tau …! Anoman, ya… anoman pasti bisa membantuku .”
Rama langsung menghubungi Anoman dengan HP.
Thit thut thit thut …….. !
Rama : “Hallo … ! kakang Anoman ?”
Anoman : “Ya, Anoman disini . iki sopo yo ?”
Rama : “iki aku Rama !”
Anoman : “Oh… Rama to ! eneng opo pren.. ? kok
tumben kamu telpon aku !”
Rama : “aduh kakang Anoman ! aku sangat butuh bantuanmu. Kamu maukan sekarang datang ke sini ? aku di hutan Dandaka, aku akan menjelaskannya disini !”
Anoman : “Okey pren ! aku ke sana sekarang. Kamu tenang saja !”
Rama : “aduh kakang Anoman ! aku sangat butuh bantuanmu. Kamu maukan sekarang datang ke sini ? aku di hutan Dandaka, aku akan menjelaskannya disini !”
Anoman : “Okey pren ! aku ke sana sekarang. Kamu tenang saja !”
Rama : “Aku tunggu kang !”
Tidak lama kemudian anoman pun datang dengan
tarian khasnya
Anoman : “Hai pren ! eneng opo ? kok wajahmu
kelihatan bingung sekali ? terus kanapa kamu bisa berada dihutan ini sendiri ?”
Rama : “ceritanya sangat panjang, nanti saja aku
ceritakan. Sekarang tolong rebut Shinta dari tangan Rahwana. Shinta diculiknya,
dan aku diperintahkan prabu Janaka tidak boleh meninggalkan hutan ini. Jadi
hanya kamu satu-satunya orang yang bisa membantuku. Kakang mau kan membantuku
?”
Anoman : “Tenanglah sahabatku ! aku pasti akan
membantumu” (sambil menepuk pundak Rama)
Rama : “terima kasih kang…. !” (menjabat tangan
anoman)
Anoman : “Yo wes, sekarang aku berangkat
menyelamatkan Shinta, kamu berdoa saja semoga aku bisa merebut Shinta dari
tangan Rahwana sialan itu !”
Rama : “Iyo kang, aku sangat berharap sekali kepadamu
Anoman !”
Anoman : “Yo aku pergi dulu .”
Kemudian Anoman pergi menyelamatkan Shinta,
dia pergi dengan tarian khasnya pula. Selama Anoman pergi, Rama terus saja
berdo’a untuk istrinya Shinta agar cepat kembali ke pangkuannya.
Rama : “Oh sang Dewa !tolong selamatkan istriku Shinta,
jangan sampai dia di nodai oleh Rahwana. Aku sangat mencintainya !”
Anoman pun pergi ke Alengka, istana Rahwana.
Di sana terjadi pertempuran yang begitu dahsyat antara Anoman dan Rahwana.
Tetapi untunglah Anoman berhasil mengalahkan raja amurka itu dan membawa Shinta
kembali ke pelukan Rama.
Tidak lama kemudian akhirnya Anoman pun datang dengan tariannya yang khas.
Anoman : “Ha… ha…. Ha….”
Tidak lama kemudian akhirnya Anoman pun datang dengan tariannya yang khas.
Anoman : “Ha… ha…. Ha….”
Rama : “Kakang Anoman, kakang sudah kembali, tapi
mana istriku Shinta ? opo kakang ndak bisa merebutnya dari tangan Rahwana ?”
Anoman : “Maafkan aku sahabatku ! Rahwana sangat
kuat, aku tidak bisa mengalahkannya.”
Rama : “tidak mungkin, aku yakin kakang Anoman lebih kuat dari Rahwana”
Anoman : “maafkan aku sahabatku, tapi aku sudah punya penggantinya untukmu”
Rama : “ pengganti ? opo maksudmu pengganti ?tidak, aku tidak mau mengkhianati istriku Shinta , aku sangat mencintainya !”
Rama : “tidak mungkin, aku yakin kakang Anoman lebih kuat dari Rahwana”
Anoman : “maafkan aku sahabatku, tapi aku sudah punya penggantinya untukmu”
Rama : “ pengganti ? opo maksudmu pengganti ?tidak, aku tidak mau mengkhianati istriku Shinta , aku sangat mencintainya !”
Anoman : “Iya, aku mengerti ! tapi lihat saja dulu,
Okey !” “Okey girl masuk !”
Shinta masuk dengan wajahnya ditutupi oleh kain, kemudian dia menari di depan Rama dan Anoman. Setelah tariannya selesai, kemudian shinta mendekati Rama.
Shinta : “Kakanda … ! apa benar kamu sudah tidak mau menerimaku lagi”
Shinta masuk dengan wajahnya ditutupi oleh kain, kemudian dia menari di depan Rama dan Anoman. Setelah tariannya selesai, kemudian shinta mendekati Rama.
Shinta : “Kakanda … ! apa benar kamu sudah tidak mau menerimaku lagi”
Rama : “Lho… itu kan suara ….”
Shinta pun membuka kain yang menutupi
wajahnya
Rama : “Oh… dinda ! akhirnya kau kembali.”
“Terima kasih kakang Anoman, aku sangat berhutang
budi padamu. Akupun tidak tau harus dengan apa aku membalas kebaikanmu ?”
Anoman : “Ah… tidak usah sungkan begitu pren …
!aku juga senang kok bisa Bantu kamu.”
Rama : “Tapi sebentar kang, opo tadi kakang tidak melihat dik Laksmana di sana ?”
Anoman : “Tidak … ! aku sama sekali tidak melihat Laksmana”
Rama : “Tapi sebentar kang, opo tadi kakang tidak melihat dik Laksmana di sana ?”
Anoman : “Tidak … ! aku sama sekali tidak melihat Laksmana”
Shinta : “Oh tidak kakanda , Laksmana tidak ikut
di sekap oleh Rahwana, Laksmana tadi pergi mencari kanda, karena tadi kita
mendengar kanda berteriak minta tolong.”
Rama : “berteriak ? aku yakin itu pasti ulah Rahwana. Yo wes, pasti nanti laksmana akan segera kembali.”
Rama : “berteriak ? aku yakin itu pasti ulah Rahwana. Yo wes, pasti nanti laksmana akan segera kembali.”
Anoman : “Apa masih butuh bantuanku ?”
Rama : “oh tidak kakang ! terima kasih banyak
atas bantuannya”
Anoman : “iya sama – sama pren ! aku kembali dulu
ya ?”
Rama : “iya kang, sekali lagi aku ucapkan terima
kasih atas bantuannya.”
Shinta : “terima kasih kakang Anoman” (sambil
melambaikan tangan)
Akhirnya Anoman pun pergi meninggalkan rama
dan sinta dengan tariannya yang khas.
Tiba-tiba Rama diam saja, dengan memasang muka sedih.
Tiba-tiba Rama diam saja, dengan memasang muka sedih.
Shinta : “kakanda ! kenapa kakanda diam saja? Apa
kakanda tidak senang melihat dinda kembali ?”
Rama : “aku senang dinda kembali, tapi pasti kamu
kembali dengan keadaan yang sudah ternodai oleh Rahwana”
Shinta : “ya ampun kanda ! kenapa kanda mempunyai
pikiran seperti itu ? walau dalam keadaan apapun, dinda akan tetap dan selalu
menjaga kesucian dinda untuk kanda .”
Rama : “aku percaya padamu istriku, tapi apa kamu tau kalau Rahwana tadi telah menyentuhmu ketika kamu tidak sadarkan diri ?”
Rama : “aku percaya padamu istriku, tapi apa kamu tau kalau Rahwana tadi telah menyentuhmu ketika kamu tidak sadarkan diri ?”
Shinta : “tapi aku yakin kanda, Rahwana belum
mengapa-apakan aku, aku yakin sekali kanda!”
Rama : “baik dinda, apa dinda mau membuktikannya ?”
Rama : “baik dinda, apa dinda mau membuktikannya ?”
Shinta : “iya kanda, dengan apa dinda harus
membuktikannya ?”
Rama : “baik, ……!” “Houww……..”(rama membuat
api) “Sekarang aku minta kamu berjalan di atas kobaran api ini, jika kamu
terbakar berarti kamu telah ternoda. Tetapi jika kamu tidak terbakar, berarti
kamu masih suci !”. “Apa dinda mau melakukannya ?”
Shinta : “Baik kanda, demi cintaku padamu, aku akan melakukannya !”
Shinta : “Baik kanda, demi cintaku padamu, aku akan melakukannya !”
Setelah Shinta berjalan di atas kobaran api
itu, ternyata shinta tidak terbakar. Akan tetapi wajah Shinta menjadi lebih
cantik. Akhirnya rama tau kalau shinta masih suci dan menerima shinta kembali.
Rama : “ Dinda, ternyata dinda masih suci.
Maafkan kanda istriku, kanda telah menuduh dinda yang bukan-bukan. Aku sayang
sekali padamu dinda !”
Shinta : “ kanda percayakan kepada dinda ? aku
juga sangat mencintai kanda !”
Ketika mereka sedang berpegangan tangan,
tiba-tiba laksmana pun datang.
Laksmana : “Kakak … !”
Laksmana : “Kakak … !”
Rama & Shinta: “Yach ….. !”
Laksmana : Lho piye iki aku kox ditinggal
to.........owalah lah!!
Demikian tadi kisah pewayangan yang
menggambarkan kisah Ramayana mudah-mudahan menjadi pelajaran yang sangat
berharga bagi kita semua